“Kereta api merayap-rayap,seakan-akan segan ditumpangi orang-orang atheis seperti kami”
(Achdiat K. Miharja,ATHEIS,1986,hal 156)
Atheis ialah sebuah kata yang cukup akrab di telinga kita,atheis secara etimologi yang berarti tidak mempercayai adanya Tuhan ini pernah menjadi momok dalam kehidupan bangsa Indonesia yang saat itu pernah dicokoli oleh ideologi komunis,yang notabenenya juga mendasarkan atheisme sebagai subtansi ideologi tersebut.Namun pemahaman tentang atheisme di kalangan masyarakat umum di Indonesia sampai saat ini hanya sebatas,atheisme ialah ajaran yang tidak mempercayai adanya Tuhan dan itu adalah jahat,titik.
Sehingga pemahaman sebagian besar masyarakat terhadap asal-muasal atheisme ini sendiri juga masih sangat kurang.Dengan demikian akan besar kemungkinan tumbuhnya benih-benih aliran atheisme di Indonesia ini secara terselubung yang tidak disadari masyarakat.Tulisan ini bermaksud memberikan secercah pengetahuan tentang asal-muasal atheisme,yang mana berguna untuk membentengi diri kita dari aliran tersebut.
KONDISI AWAL LAHIRNYA ATHEISME
Pada abad ke-16 terjadilah sebuah reformasi ditubuh Protestan dimana reformasi itu menyebabkan banyaknya penolakan terhadap klaim gereja.Hal ini menjadikan banyaknya keraguan akan permasalahan tentang ketuhanan terutama diabad-17.Dalam abad ke-17 paham empirisme selalu menuntut untuk mendasarkan segalanya terhadap pengalaman inderawi.
Kemudian di abad ke-19 dasar-dasar akan adanya paham atheisme ini mulai dirumuskan oleh Ludwig Feuerbach,Karl Marx,Friedrich Nietzche,Sigmund Freud,Jean Paul Sartre,dsb.Yang mana pada saat itu ilmu pengetahuan terus melaju dengan sangat pesatnya,hingga akhirnya ilmu-ilmu pengetahuan yang bersifat ilmiah inilah yang dianggap harus digunakan dan menggeserkan ajaran-ajaran ketuhanan.
Dengan semakin kokohnya modernitas dan kemajuan ilmu pengetahuan yang bersifat ilmiah ini maka lahirlah sifat-sifat skeptisme terhadap ketuhanan tersebut.Berikut akan penulis sajikan secara singkat tentang argumentasi 3 tokoh atheisme yaitu : Ludwig Feuerbach,Karl Marx dan Friedrich Nietzche.
1.Ludwig Feuerbach
Ludwig Feurbach ialah murid dari Hegel,pada awalnya ia ingin menjadi pendeta protestan,namun kemudian ia merasa tidak dapat menerima pikiran-pikiran Hegel.Menurut Hegel,”Kita,Orang-orang,merasa berpikir dan bertindak menurut kehendak atau selera kita,tetapi dibelakangnya “roh semesta” mencapai tujuannya.Meskipun ditingkatannya sendiri manusia bebas dan mandiri,akan tetapi melalui kemandirian itu roh semesta menyatakan diri.”
Jadi intisari dari pemikiran Hegel ialah,seolah-olah kita(manusia) ialah wayang-wayang yang memiliki kesadaran,pengertian,dan kemauan sendiri,namun sebenarnya kesemuanya itu tetaplah berada ditangan roh semesta(Tuhan).Atau dapat dikatakan bahwa Roh semesta adalah pelaku sejarah sebenarnya,namun ia berada dibelakang layar dan manusia hanyalah pemain dari semua itu.
Pemikiran inilah yang tidak dapat diterima oleh Feuerbach,menurutnya Hegel itu hanya memutar balikan keadaan karena pencitraan yang diberikan Hegel ialah seakan-akan Tuhan itu adalah sosok yang nyata dan manusia hanyalah wayangnya saja.Padahal menurut logika yang jelas dan nyata adalah manusia,bukannya Tuhan.Menurut Feuerbach Tuhan hanyalah ada dalam objek pikiran manusia saja,yang mana sosok sebenarnya tidak pernah ada.Atau dengan kata lain Tuhan adalah hasil pikiran manusia.Baginya dalam realitas yang benar-benar tak dapat disangkal adalah pengalaman inderawi dan bukannya pikiran spekulatif.
Hal itu merupakan titik dasar dari pemikiran Feuerbach yang merumuskan bahwa Tuhan bukanlah yang menciptakan manusia tetapi manusia yang menciptakan Tuhan.Oleh karena itu agama hanyalah proyeksi yang sempurna dari hakekat diri manusia sendiri.Feurbach berdasarkan pada keyakinannya itu berpendapat jika manusia ingin mengetahui dirinya secara utuh maka ia haruslah mempresentasikan dirinya tersebut.Namun celakanya manusia lupa bahwa proyeksi yang sempurna tersebut adalah dirinya sendiri,dan menganggap itu semua adalah sesuatu yang nyata dan mandiri.Sehingga manusia menjadi kaget,takut dan menyembah proyeksi tersebut.
Kemudian karena manusia itu takut ia menjadi lumpuh.Manusia akhirnya hanya mengasingkan dirinya dengan jalan mengharapkan berkah dari proyeksinya itu sendiri.Yang akhirnya membuat manusia tidak berusaha untuk mewujudkan dirinya sendiri seperti hasil proyeksinya tersebut.Jadi Feurbach menyatakan bahwa agama membuat manusia itu terasing dari dirinya sendiri.
2.Karl Marx
Karl Marx ialah tokoh dalam ajaran sosialis yang terkenal dengan seruannya “Agama adalah candu bagi rakyat”.Dalam seruannya ini Marx seolah-olah menuduh bahwa agama ialah hal yang menyesatkan dalam kehidupan manusia.Marx mendasarkan tuduhannya ini bahwa,agama menjanjikan kebahagiaan di akhirat sesudah kehidupan nyata.Hal ini merupakan faktor penyebab melemahnya rasa perlawanan rakyat terhadap penindasan yang terjadi pada mereka hingga akhirnya mereka menerima saja nasib mereka dengan harapan kelak semua itu akan terbalaskan di kehidupan akhirat.
Bagi ajaran Marx,kaum proletar(rakyat miskin) harus bersatu untuk menggulingkan kekuasaan kaum borjuis sebagai penindas mereka.Karenanya dibutuhkan semangat revolusi untuk itu semua,dengan salah satu jalannya yaitu menanamkan jiwa memberontak pada kaum proletar.
Jadi Marx menggambarkan bahwa sebenarnya agama adalah perwujudan protes rakyat terhadap kondisi struktur kekuasaan yang ada dimana memposisikan mereka sebagai kaum yang tertindas dan terhina.Namun agama secara licik merupakan alat untuk menenangkan emosi masyarakat akan nasibnya tersebut,sehingga jiwa memberontak tersebut pudar.
Terhadap pemikiran Feuerbach akan agama yang merupakan hasil khayalan manusia dalam mencari hakekatnya tersebut,Marx menyatakan sependapat akan pemikiran Feuerbach tersebut.Namun menurut Marx,pemikiran Feuerbach berhenti ditengah jalan karena Feuerbach tidak menjelaskan mengapa manusia lebih memilih melarikan diri ke dunia khayalan daripada mewujudkan dirinya dalam dunia nyata.
Jawaban yang diberikan oleh Marx akan pertanyaan itu ialah struktur kekuasaan dalam masyarakat,tidak mengizinkan manusia untuk mewujudkan kekayaan hakekatnya.Manusia melarikan diri ke dunia khayalan karena dunia nyata menindasnya.Bagi Marx,agama adalah keluhan dari mahkluk terdesak,dia adalah roh keadaan yang tanpa roh.
Hal yang perlu dirubah bagi Marx bukanlah kritik terhadap agama,melainkan mengubah keadaan masyarakat yang membuat manusia lari ke dalam agama.Agama adalah ilusi manusia belaka akan kondisi yang ada.Oleh karena itu kritik hendaknya tidak berhenti pada agama melainkan harus diarahkan pada keadaan sosial politik yang mendorong manusia ke dalam agama.Selain itu Marx pernah berpendapat,“Perjuangan melawan agama secara tidak langsung adalah perjuangan melawan dunia yang bau harumnya adalah agama”.Agama menurut Marx akan menghilang dengan sendirinya apabila manusia dapat membangun dunia yang memungkinkan manusia untuk mengembangkan hakekatnya secara nyata dan positif.
3.Friedrich Nietzsche
Nietzsche termasyur dengan ucapannya yang cukup fenomenal yaitu,”Allah telah mati”.Dalam ke-atheis-annya,ia sendiri tidak pernah mempercayai bahwa Allah itu pernah ada,akan tetapi ia berpendapat bahwa Allah itu sendiri tidaklah pernah ada.Namun yang dimaksud oleh Nietzsche tentang Allah yang telah mati tersebut ialah Allah yang hanyalah merupakan hasil ciptaan dari manusia yang kalah.Menurutnya Allah hanyalah sebuah tokoh khayalan ciptaan manusia yang kemudian ia menguasai manusia dan membuat manusia terasing pada dirinya sendiri hingga melahirkan moralitas-moralitas manusia kerdil.Moralitas yang dimaksud disini ialah moralitas yang menjunjung tinggi kerendahan hati,sikap rela menerima,patuh,kesediaan untuk tidak membalas.
Dimana menurut Nietzsche moralitas ini meluhurkan mereka yang lemah,bengkok,sakit dan gagal.Moralitas ini dengan nilai-nilainya secara nyata malah akan menjunjung tinggi moralitas budak.Maka bagi Nietzche agama dan moralitasnya merupakan “sosok busuk hibrid yang membenarkan semua naluri dekaden,semua pelarian dan kecapaian jiwa” ditambahkan lagi olehnya bahwa hal itu haruslah ditolak dengan jijik bagi manusia yang masih mempunyai harga diri.
Maka agama dengan semua kebohongannya itu harus dibongkar,dengan adanya pembongkaran tersebut manusia akan menjumpai logika raksasa kekagetan.Kekagetan terhadap kebenaran nyata yang selama ini dibelenggu oleh agama,maka matinya Allah yang dimaksud Nietzsche ialah terbongkarnya nilai-nilai bohong dan palsu yang selama ini membelenggu eksistensi manusia.Kematian Allah akan melahirkan sebuah kondisi nihilisme atau penghapusan nilai(dissolution of value).Tetapi kematian Allah itu sejatinya bukanlah penyebab lahirnya nihilisme,melainkan kematian Allah adalah terbukanya tabir kebohongan yang begitu lama tersembunyi.Dalam kematian Allah itu seluruh pondasi moralitas tradisional yang ada akhirnya ambruk juga dan akhirnya membawa manusia menghadapi kekosongan terhadap segala makna dengan telanjang.
Setelah berada pada kondisi nihilisme tersebut ,akan muncul “manusia” yang akan “menuliskan nilai-nilai baru diatas papan-papan baru”.Yang dimaksud dengan “menulis nilai-nilai baru diatas papan-papan baru” tersebut ialah setelah habisnya kepercayaan terhadap Allah yang menguasai nasib manusia,maka manusia akan menentukan sendiri tujuan-tujuan ekumenis yang mencakup seluruh dunia.Jadi pokok pikiran dari Nietzche tersebut adalah,setelah kematian Allah akan terjadi kondisi nihilisme dimana kemudian kondisi nihilisme itu sendiri diatasi oleh manusia,dengan demikian Nietzche menghendaki adanya “sang atas manusia” atau dalam buku lain sering disebut Ubermensch.
SEBUAH REFLEKSI
Jika kita kita cermati lebih detail,para pemikir-pemikir tersebut selalu bertolak dari suatu kenyataan dalam agama,dalam pola kehidupan iman orang yang percaya akan alam seberang,pantas dikritik.Namun kritik yang diangkat oleh pemikir-pemikir ini hanyalah meliputi unsur-unsur: proyeksi,pelarian dari ketertindasan,pelarian dari tanggung jawab,ketidak dewasaan rohani.Atheisme sendiri akan terus-menerus menjadi sebuah tantangan besar,tetapi juga memiliki segi positif yang tersirat dari kritik-kritik tersebut,berkat kritik ini agama-agama dibantu untuk secara kritis guna belajar dan membersihkan diri dan juga bergelut untuk memperoleh tujuannya kembali yang hakiki.Franz Magnis Suseno,seorang guru besar filsafat di Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara,Jakarta berpendapat bahwa sebenarnya kritik atheisme sesungguhnya gagal,kritik tersebut gagal dalam membuktikan bahwa Tuhan itu memang tidak ada,padahal hal itu merupakan pertanyaan fundamental dan juga gagal dalam memberikan penjelasan mengapa manusia percaya kepada Tuhan.
Semestinya imanlah yang harus dapat memperlihatkan diri sebagai kekuatan batin yang mendukung pemahaman antara relitas manusia dan dunianya.Tidak hanya sebuah doktrin bahwa tidak mungkin Tuhan itu tidak ada tetapi harus dapat meperlihatkan keberadaan Tuhan secara positif,sebagai hal yang masuk akal.
OLEH:
Dwi Nofi Andhiyantama
Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Widyagama Malang,angkatan 2008
Tidak ada komentar:
Posting Komentar