geliat Dibawah kulit bank century
Oleh:Dwi nofi andhiyantama
Mahasiswa Fakultas Hukum Univ.Widyagama Malang
082421810002
Bank Century akhir-akhir ini menjadi nama Bank yang mendadak populer ditelinga masyarakat Indonesia.Bukan karena iklannya yang gencar,bukan pula karena hadiahnya yang mewah,atau bukan pula karena bunga yang ditawarkan sangat tinggi.Tetapi sungguh lacur,Bank Century(BC) mendadak populer karena adanya konspirasi politik didalamnya.Kasus BC menyeruak ketika pemberian FPJP Rp.689 Miliar dan keputusan bail-out BC Rp.6,7 Triliun(November-Juli 2009).
Kemudian terjadi berita menggegerkan ketika Maret 2009 Direktur PT.Putra Rajawali Nasrudin Zulkarnaen tewas ditembak,mungkin dipikiran kita apakah hubungan dari kematian seorang Nasrudin ini dengan BC,hal ini yang akan menjadi fokus pembicaraan penulis.Pada April 2009 Boedi Sampoerna mengutus seorang advokat bernama Lukas,untuk menarik dananya sebesar 18 Juta dollar di BC.KPK sebagai komisi yang paling getol berbicara tentang pemberantasan korupsi mencium adanya suatu keganjilan pada proses penarikan dana tersebut.
Hal ini diperkuat dengan hasil audit BPK yang menemukan suatu ketidak beresan dalam skema pemberian Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek(FPJP) sebesar Rp.689 Miliar dari Bank Indonesia kepada BC.Di sisi lain,terdapat berita mengejutkan ketika Antasari Azhar yang didapuk sebagai Ketua KPK ditetapkan sebagai tersangka atas pembunuhan Nasrudin Zulkarnaen dengan latar belakang cinta segitiga antara Antasari,Nasrudin dan juga seorang perempuan muda yang merupakan caddy di sebuah lapangan golf yaitu Rani Juliani.
Jika dicermati lebih lanjut,terkesan aneh dan lucu ketika seorang pejabat teras rela menggunakan cara-cara tak bermoral guna mendapatkan cinta seorang(“maaf bukan bermaksud merendahkan”) caddy golf yang juga tidak terlalu cantik.Seiring dengan berjalannya waktu,terbongkarlah sebuah konspirasi besar terhadap ditetapkannya Antasari sebagai tersangka.Antasari yang merupakan pimpinan KPK menggantikan Taufiqurahman Ruqi,memiliki taji yang luar biasa.KPK dibawah kepemimpinan Antasari bermain dengan sangat tegas dan tanpa pandang bulu,bahkan besan RI-1 pun dilahapnya.Hal ini membuat gemetar para konglomerat-konglomerat hitam yang kasusnya masih menggantung di era sebelumnya,karena mereka sudah masuk dalam target bidikan KPK dibawah kepemimpinannya.
Antasari yang disebut-sebut sebagai orangnya PDI-P ini dinilai Jaksa Agung Hedarman Supanji,membalas sikap KEJAGUNG yang tebang pilih dimana saat itu Hendarman masih menjabat sebagai Jampidsus,ia dikenal sering menangkapi dan bahkan memenjarakan Kepala Daerah dari F-PDI-P.Akan prestasinya ini Hendarman dihadiahi jabatan sebagai Jaksa Agung,namun hadiah ini juga membuat Hendarman sedikit harus menelan pil pahit hal ini dinafaskan karena pada waktu itu berbagai pihak termasuk DPR meminta agar kasus mengenai BLBI yang banyak didominasi keterlibatan konglomerat hitam yang kasusnyapun masih belum jelas,baik di kejaksaan maupun di kepolisian guna dilimpahkan kepada KPK.Hal ini sangat menjadi polemik besar bagi kejaksaan,mengingat konglomerat ini adalah tambang uang bagi mereka,bahkan juga bagi Bareskrim.
Keberanian Antasari untuk menahan besan Presiden,secara mendalam membawa Presiden sangat marah terhadap ketua KPK ini.Namun kala itu sang eksekutif musti menjaga citra dan sikapnya,dikarenakan moment penahanan Aulia Pohan tersebut mendekati waktu PEMILU.Rekan-rekan SBY mengingatkan bahwa moment tersebut dapat menimbulkan pencitraan yang baik bagi sang kepala negara ketika berkampanye kembali,dimana SBY nampak seperti tidak pandang bulu dalam pemberantasan korupsi.Dilain sisi,SBY mesti menahan dendam dan amarahnya yang mana hal ini diperparah dengan menangisnya SBY ketika bertemu sang menantu Anissa Pohan saat menanyakan kondisi ayahnya yaitu Aulia Pohan.
Situasi ini bagi Kapolri dan Jaksa Agung merupakan kondisi yang amatlah baik,mereka melakukan pendekatan pada SBY dan menyusun rencana untuk menyudahi Antasari.Tak cukup sampai disana Jaksa Agung dan Kapolri bahkan membawa konglomerat hitam pengemplang BLBI,sebut saja:Nursalim,Agus Anwar,Liem Sioe Liong,dsb.Juga konglomerat yang terlibat kasus-kasus lain seperti James Riyadi(kasus penyuapan yang melibatkan satu putra Lippo,Billy Sindoro),Hary Tanoe(Kasus NCD Bodong juga Sisminbakum),Tommy Winata(Kasus Perusahaan ikan di Kendari),dsb.Para kaum Jet Set tersebut berjanji akan membiayai kampanye Pemilu si Cikeas,dengan konsekuensi kasus BLBI dan lainnya tidak diambil alih oleh KPK.
Strategi yang diluncurkan untuk menamatkan Antasari adalah menyerangnya melalui media,saat itu sekitar bulan Februari-Maret 2008 semua wartawan bodrex(baca:wartawan doyan suap),kepolisian,kejaksaan,diajak berkoordinasi di Hotel Bellagio Kuningan.Terdapat sebuah Mega Proyek untuk mereka guna menemukan kesalahan Antasari sekecil apapun guna menghancurkan citra Antasari.Intinya media harus mengkriminalisasi Antasari,dan berpijak pada rumus “Bad News is a Good News”.
Namun sungguh membuat tersedak para sang kreator strategi busuk tersebut,karena tidak semua wartawan itu bodrex masih ada wartawan yang masih berpegang teguh pada mulianya tanggung jawab mereka.Dan akhirnya strategi kriminalisasi melalui media,karam.Disisi lain Antasari sesungguhnya tidak buta terhadap gerakan-gerakan yang bersifat menjatuhkannya tersebut,Antasari malah tidak merasa takut.Ia malah semakin menjadi dan terkesan melawan ayahanda Edy Baskoro Yudhoyono tersebut.Hal ini dapat diketahui dari semangat Antasari yang ingin membongkar secara detail mengenai kasus BC,yang mana diketahuinya sebagai “alat” bagi SBY untuk dapat menikmati uang negara guna kepentingan kampanyenya.Antasari paham betul siapa saja “pekerja” BC yang mati-matian berusaha agar dapat mengucurkan dana dari kas negara seperti:Sri Mulyani,Boediono.
Juga parodi Hartati Mudaya dan Budi Sampurna,yang bertindak seolah sebagai nasabah besar,sehingga mendapat ganti-rugi dan uang inilah yang digunakan untuk biaya kampanye SBY.Namun dana tersebut dijalankan oleh Hartati sesuai dalam kapasitasnya sebagai Bendahara Partai Demokrat,dan diawasi oleh Edy Baskoro dan juga Djoko Sujanto yang kala itu didapuk sebagai bendahara tim sukses SBY.Layaknya sebuah konspirasi besar,jelas dibutuhkan modus yang berkualitas dalam pengerjaanya.Maka agar pengerogotan ini terkesan rapi diperlukan keterlibatan dari orang Bank.Ditunjuklah Agus Martowardoyo yang kala itu menjabat sebagai Dirut Bank Mandiri dimana ia dijanjikan posisi sebagai Gubernur Bank Indonesia nantinya.Dalam tugasnya Agus menunjuk Sumaryono yang dikenal licik dan korup guna memimpin BC ketika pemerintah mulai mengalirkan dana Rp.6,7 T ke BC.
Antasari bersumpah bahwa dirinya tidak hanya akan membongkar BC,tetapi juga akan “mengobrak-abrik” proyek IT di KPU yang tendernya dimenangkan oleh Hartati Mudaya.Bagi RI 1,Kepolisian,Kejaksaan,Konglomerat hitam,dan kroni-kroni SBY,Antasari sudah semakin ganas dalam membahayakan posisi mereka.Sadar akan hal itu Kapolri dan Kejaksaan Agung berusaha untuk “membisukan” Antasari,dengan jasa para Intel mereka,akhirnya didapati beberapa nama yang merupakan orang dekat Antasari.Nama-nama ini digunakan untuk menjerat seorang Antasari.
Nama pertama yang menjadi bidikan adalah Nasrudin Zulkarnaen,ia memang dikenal dekat dengan Antasari,semenjak pimpinan KPK itu menjabat sebagai Kajari.Ketika Antasari menjabat sebagai ketua KPK,Nasrudin melapor bahwa terjadi korupsi ditubuh PT.Rajawali Nusantara.Antasari kemudian meminta data-data mengenai hal itu,dan Nasrudin-pun menyanggupinya.Tetapi,Antasari harus menjerat seluruh jajaran direksi PT.Rajawali,dan meminta agar Antasari merekomendasikan namanya kepada Menteri BUMN,setelah jajaran direksi lama ditangkap KPK.Pada Mulanya Antasari mengiyakannya,namun ternyata data yang dberikan Nasrudin tidaklah cukup untuk menyeret para direksi.Maka Antasari belum dapat memenuhi permintaan tersebut.
Seorang intel polisi mencium kekecewaan Nasrudin,dan mengajak Nasrudin untuk mengerus Antasari.Dengan hadiah,jasanya akan dilaporkan kepada SBY dan ia akan diberi sejumlah uang dengan nominal fantastis.Akhirnya strategi baru disusun dengan mengumpan Rani Juliani.Tetapi dalam rapat rahasia Kapolri,Kejaksaan dan juga Kabareskrim,memandang bahwa strategi penghabisan Antasari dengan jalan Rani Juliani saja tidak akan cukup kuat.Maka tercetuslah pula ide untuk melenyapkan Nasrudin,dimana dibentuklah skenario agar terkesan Antasari-lah pelakunya.Agar lebih sempurna dilibatkan pula pengusaha Sigit Hari Wibisono,hal ini dinafaskan kedekatan Sigit dengan Antasari.Kebetulan pula ia juga akan dibidik Antasari dalam kasus penggelapan dana di Departemen Sosial sebesar Rp.400 Miliar.Sigit-pun diminta untuk memancing Antasari untuk berkunjung kekediamannya,terutama mengenai tekanan-tekanan Nasrudin yang berkaitan dengan “terjebaknya” Antasari disebuah Hotel bersama dengan istri ketiga Nasrudin tersebut.Berkembang pula wacana bahwa sang-eksekutor dalam penghabisan Nasrudin bukanlah 3 orang yang ditahan saat ini,melainkan anggota BRIMOB terlatih.
Dengan dibuihnya Antasari dicitakan KPK akan bersifat lebih jinak daripada sebelumnya,namun tanpa diduga oleh para konspirator tersebut,masih ada tokoh-tokoh penerus perjuangan Antasari,yaitu Bibit Samad Rianto dan Chandra Hamzah,seminggu sebelum Antasari ditangkap dia berpesan kepada dua rekannya ini,apabila terjadi sesuatu pada dirinya,ia meminta agar kedua rekannya ini tetap menelusuri kasus BC dan IT KPU.Maka dari itu,KPK tetap menyelidiki dengan jalan melakukan penyadapan-penyadapan.Ketika terjadi penyadapan tersebut,tersebutlah nama Susno Duadjie yang disebut-sebut menerima dana dari Budi Sampoerna Rp.10 M,ketika Budi mencairkan dananya pada tahap pertama sebesar Rp.180 M dari BC.Sesungguhnya hal ini tidak terkait dengan peran Susno yang telah membuatsurat ke BC,namun uang tersebut merupakan pembagian dari hasil jarahan BC untuk para Perwira POLRI.Hal ini menjadi wajar,dikarenakan Polisi tahu benar modus operandi pembobolan dana negara tersebut.
Dikarenakan Bibit-Chandra ini merupakan tokoh yang berpotensi dalam membahayakan posisi para pembobol ini,maka Susno-pun ditugasi guna mencari kesalahan Bibit-Chandra.Melalui jasa seorng Markus(Makelar Kasus),Eddy Sumarsono diketahui bahwa Bibit-Chandra mengeluarkan sebuah surat cekal terhadap Anggoro.Melihat celah tersebut maka dikondisikanlah bahwa Bibit-Chandra melakukan penyalahgunaan wewenang.Ketika hal ini masih dalam tahap tuduhan,Bibit-Chandra dengan Penasehat Hukumnya terus melawan hal itu,dikarenakan alibi yang ada masih sangatlah lemah.
Maka sadar akan hal itu,dibuatlah sebuah skenario baru untuk mengatasinya,Antasari dibujuk dengan iming-iming ia akan dibebaskan dengan bertahap(dihukum namun tidak berat),tetapi ia diwajibkan membuat testimony bahwa Bibit-Chandra melakukan pemerasan.Berbagai cara ditempuh,Anggoro yang merupakan orang bidikan KPK,dijanjkan akan diselesaikan masalahnya.Maka dibuatlah sebuah skenario yang melibatkan Anggodo pula yang juga dikenal sebagai Markus.
Namun keadaan sedikit terguncang ketika media mulai mengeluarkan sedikit rekaman yang ada kalimat RI-1 nya,SBY dan orangnya dikabarkan merasa terancam,apalagi didukung Bibit-Chandra yang sangat tahu persis apa yang terjadi dalam BC.Kapolri dan Jaksa Agung mendapat cercaan yang luar biasa oleh sang Presiden,agar permasalahan tidak meluas ditahanlah Bibit-Chandra.Tetapi seperti yang tak diduga pula sebelumnya,penahanan Bibit-Chandra ini menuai reaksi perlawanan yang sangat besar oleh masyarakat.Presiden-pun merasa terancam dan menugaskan Denny Indrayana untuk menghubungi pakar hukum dan membentuk Tim Pencari Fakta.
Dengan demikian dapatlah sedikit ditarik benang merah,bahwa secara nyata BC merupakan alat bagi para mafia-mafia untuk mendapatkan “jajan” negara.Jelas posisi BC menjadi korban politik dari kebengisan penguasa,dan juga tak hanya cukup di BC.Bahkan lembaga pemberantasan korupsi yaitu KPK-pun harus dikebiri dengan berbagai cara untuk melancarkan strategi busuk politik tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar