Hari itu adalah hari Kamis tertanggal 13 November 2003, terhitung kurang 5x24 jam lagi aku berumur 13 tahun. Masih cukup teringat pada diriku ketika aku masih duduk di bangku SMP kelas 2 yang terobsesi oleh phoenix bassist dari band idolaku dahulu Linkin Park, yah . . . pada era itu bukan anak gaul kalau tidak suka Linkin Park, begitu pula aku yang tak ingin dicap sebagai anak kuper. Kuakui setidaknya baru persis pada tanggal dan bulan juga tahun itulah aku dapat dikatakan cukup bisa bermain bass, alat musik yang selalu jadi andalanku ketika aku masih aktif di band. Tertanggal itulah aku diajari oleh rekanku sekelas yang sudah pandai bermain gitar sebelumnya, dan menariknya aku dan dia malah akhirnya sering bersaing di band kami masing-masing.
Bukan masalah band yang ingin kuceritakan, tapi ada suatu kejadian yang merubah kehidupan kami sekeluarga hingga sekarang. Sepulang sekolah aku getol mempelajari beberapa kunci dasar bermain bass ajaran temanku tersebut(padahal waktu itu hanya belajar semitone scale,tapi berasa sudah seperti flea atau bahkan john myung). Papaku melihat aku belajar akan hal itu dan membiarkannya saja, yah . . papaku memang kukenal cukup pendiam tetapi dibalik itu semua aku tahu seberapa hebat dia. Dia memulai karirnya dari menjadi TNI dan kemudian menjadi perangkat desa yaitu kamituwo(Kasun),juga pernah menjadi Kades,sempat aktif juga di partai GOLKAR dan dianya sangat fanatik.
Saat itu ia dikenal sebgai juragan tanah oleh warga dan sangat dihormati(ini jujur bukan melebihkan atau lebay) dapat aku katakan bahwa ia adalah seorang politikus daerah lahhh . . . tetapi saat itu aku yang masih buta politik menganggap itu semua hanya hal yang tak berguna yang penting ngeband. Dia juga sosok religius dimana berbanding terbalik denganku yang sering dikatakan sebagai penyembah setan oleh teman-temanku.
Sejujurnya jika saja tidak ada tanggal 13 November 2003 ini mungkin aku sudah tidak kuliah mengendarai Jupiter MX lansiran tahun 2006 itu, pastilah setidaknya Toyota Avanza sudah ditangan, atau bahkan aku tidak dikuliahkan di Universitas Widyagama Malang tetapi di Universitas elite di kota Malang.
Aku ingat tanggal itu adalah waktunya puasa ramadhan, saat itu aku dan seluruh keluarga memang berpuasa maklum papaku memang orang yang religius. Pada mulanya semua berjalan normal tak ada permasalahan apapun. Hingga pada sekitar pukul 18.45 WIB papaku berangkat tarawih, memang ia selalu datang awal di musholla ataupun masjid, saat itu ia berpamitan padaku yang sedang bermain dengan kakakku yang kedua,”Tak tinggal disik yoh . . “ yang berarti “aku tinggal dulu yah” saat itu aku dan kakakku hanya bilang iya tanpa ada hal serius. Sekitar pukul 19.00 WIB ada tetanggaku berlari dan menggedor rumahku saat itu aku ingat betul aku memegang buku biologi warna hijau dikamarku karena besoknya adalah pelajaran biologi oleh Pak Indarto, guru lucu berkacamata besar ,pendek ,berkumis ,berbelah pinggir rambutnya , klimis, selalu bawa koper coklat besar juga sepatunya yang selalu mengkilap, umar bakrie bangget lahh ., . .. Orang tersebut menggedor pintu rumahku dan berteriak “Bu.Wo . . Pak.Wo kecelakaan!!! ” saat itu dan sampai sekarang orang akrab memanggil papaku dengan sebutan Pak.Wo yang merupakan akronim dari Pak Kamituwo, memang saat itu ia menjabat sebagai kamituwo dengan sangat lama. Sontak mamaku lari begitu pula kakakku, saat itu aku diperintahkan untuk menjaga rumah bersama kakakku yang pertama.
Kampung rumahku mendadak ramai sekali, kemudian selang beberapa menit aku memutuskan untuk lari kejalan raya melihat apa yang terjadi. Aku saat itu melihat raga papaku tertidur lemas di depan rumah tetanggaku sembari beralaskan kain yang aku lupa kain apa pada saat itu. Dia tidak terluka sama sekali dan dia hidup, aku inggat bagaimana mereka semua menanggis tapi aku tidak menanggis saat itu. Ia pun dilarikan ke rumah sakit dengan mobil bersama keluargaku yang merupakan anak angkatnya dengan istri terdahulu.
Papaku saat itu ditabrak oleh truk dan terpental sekitar 5 meter menurut kesaksian warga. Okelah si penabrak sudah diamankan oleh salah satu anak angkat papaku yang mana ia adalah satu-satunya anak angkatnya yang paling bijak dan bahkan menjadi pengganti sosok ayah bagiku. Kemudian aku pulang kerumah hingga sekitar pukul 21.00 WIB kakakku yang kedua pulang dari rumah sakit dan menggatakan papaku telah tiada. Semua menanggis kecuali aku. Warga dari 2 desa pun berduyun-duyun kerumah dan menanti pulangnya papaku yang sudah menjadi jenazah dan bertitlekan almarhum.
Saat itu terjadi perdebatan diantara keluarga kami apakah papaku jenazahnya akan di taruh dirumah kami atau dirumah meganya di desa sebelah yang sudah dihibahkan ke anak angkatnya tersebut. Akhirnya dipilih untuk ditaruh dirumah mega tersebut dengan pelbagai pertimbangan. Datanglah jenazahnya dirumah tersebut, kemudian aku menyusul dengan mengendarai mobil panther pick up saat itu, tentunya bukan aku yang menyetir.
Aku melihat papaku untuk terakhir kalinya dia nampak seperti orang tidur bukan seperti orang meninggal(jujur aku pada nulis saat part ini gak sengaja nanggis ) saat itu aku masih belum percaya bahwa papaku telah meninggal dunia, ada sekitar 3 ulama besar yang juga sahabat papaku mendekatiku dan isi pembicaraannya adalah menyuruhku menjadi anak soleh karena aku adalah satu-satunya anak pria dikeluargaku.
Ada ratusan orang yang memadati rumah itu dan akupun mengikuti semua proses yang ada sampai pada pemandian jenazah dan pemberangkatan jenazah papaku.
Setelah kepergian papaku otomatis kondisi financial keluarga kamipun menurun hanya pensiunan dari papaku yang merupakan sumber pendapatan setiap bulannya , sawah-sawah yang biasanya digarap sendiripun menjadi disewakan yang mana hasil yang diperoleh sejatinya lebih sedikit. Tanah kami pun banyak yang dijual , untuk membelikanku motor saja sampai harus menjual tanah. Semasa SMA seluruh biaya sekolahku ditanggung oleh anak angkat papaku ini. Bukannya keluargaku tidak mapu menyekolahkanku tapi anak angkat papaku ini ingin membalas budi papaku ini. Semasa SMA semua berjalan normal hingga akan lulusan aku dipaksa untuk menjadi anggota POLRI, dimana semua biaya dan channel sudah ada tinggal aku mau semuanya akan beres. Bukannya aku tak mau tapi aku tidak memiliki kualitas fisik yang bagus, nilai olahragaku selalu hancur, aku lebih sering ada di tempat-tempat para pemabuk dan junkis daripada ditempat olahraga.Kebiasaan burukku inilah yang mengakibatkan aku menderita peyakit asma sampai sekarang. Aku akui semasa SMA aku cukup labil tetapi aku disekolah tidak nakal dan neko-neko karena anak angkat papaku yang kuceritakan tadi merupakan anggota dewan sekolah. Aku sering tidur di sekolah. Juga sering kebut-kebutan dijalan. Tapi disekolah aku terkesan sebagai good boy karena aku memang harus jaga nama baik. Aku di SMA tidak dihargai sama sekali.Itu yang mebuat aku kesal dan banyak musuh ,aku terobsesi untuk tidak bertemu dengan mereka lagi.Hanya ada 1 guru disana yang sangat membangun karakterku yaitu guru sejarah. Sampai sekarang aku merasa dia cukup berjasa untukku walaupun dia tidak merasa.
Akhirnya seluruh keluargaku tahu bahwa aku tidak minat menjadi anggota POLRI hingga akhirnya aku memutuskan untuk kuliah. Saat itu orangtuaku menyuruhku untuk mendaftar dimanapun sesukaku dan ia siap membiayainya.Aku ingat bagaimana aku bersama sahabat-sahabatku muter-muter mencari universitas.Patokanku mencari universitas beda dengan rekan-rekanku yang mengutamakan popularitas dari universitas tersebut, yang aku patokan saat itu adalah murah karena aku gak mau membebani keluargaku dan ada jurusan sosiologi atau hukum paling tidak. Tercetuslah widyagama sebagai universitas yang paling murah dibanding yang lain namun disana tidak ada sosiologi yang ada hanya hukum, baiklah aku ambil. Seminggu kemudian aku melunasi segala administrasi untuk dapat menjadi mahasiswa di universitas tersebut dan resmilah aku menjadi mahasiswa UWIGA.
Di universitas ini aku senang karena tak ada temanku SMA jadi aku dapat memulai hidup baru tetapi banyak juga yang mencibirku karena aku tidak kuliah di universitas favorit.Aku dibesarkan jiwanya oleh istri anak angkat papaku ini yang mengatakan nanti kalau keluar itu semua titlenya juga sama-sama SH gak ada SH-UB,SH-UNAIR,SH-TRISAKTI dll semua juga materi kuliahnya sama.Namun sayang aku melihat di FH nya sendiri kebanyakan orangnya bawaannya serius-serius dan jarang yang berlatar belakang band seperti aku. Tetapi justru disanalah aku mengetahui rencana Tuhan, aku dapat terlepas dari kehidupan anak band yang cenderung kurang sehat. Aku disana dapat menjadi a Man bukan a Boy, basicku yang pernah bergelut di partai besutan wiranto semasa SMA membuatku dipandang sebagai calon aktivis disana hingga karirku di dunia aktivis cukup maju baik di organisasi kemahasiswaan maupun organisasi kemasyarakatan. Disinilah aku menjadi orang yang sangat-sangat dihormati dimana berbanding terbalik saat aku sekolah dahulu. Akupun boleh cukup bangga karena aku selalu mendapat beasiswa PPA yang berdasarkan nilai akademis tinggi bahkan selama aku kuliah aku hanya mengeluarkan uang saat bayar DPP dan semester 1 saja, semester 2 sampai detik ini semester 6 beasiswa selalu kudapat,padahal aku dahulu SMA tidak berprestasi sama sekali. Bahkan di univ ini aku sering mendapat uang baik dari segi apapun. Yang paling bangga ketika tulisan hukumku dimuat dikoran kampus aku mendapat fee Rp.50.000 jumlah yang kecil memang tetapi apabila kita tahu untuk dapat menembuskan tulisan kita di koran kampus tersebut sulitnya mungkin hampir sama dengan matematika.
Aku akui selama kuliah ini aku menjadi konsen belajar dan dapat sembuh dari dunia lamaku, tetapi kadang cukup kangen pula dimana masa-masa aku yang selalu ada disetiap konser, berada di panggung bergengsi, ada di festival band besar sekelas LA Light Indie Fest, nonggol di radio, recording dan banyak band yang kukenal secara langsung kini hampir tidak ada . Mungkin inilah yang dinamakan jalan Tuhan dimana aku berpikir sudah bukan saatnya lagi aku hura-hura namun sekarang saatnya serius dan mewarisi bakat organisasi massa seperti papaku. Aku berharap bahwa kau tahu bahwa aku putramu yang mengenalmu hanya 13 tahun kurang 5 hari tapi aku mampu mewarisi bakatmu. Walau aku tahu setidaknya kau masih lebih hebat dariku, karena kau bisa mengkordinasi massa sebanyak itu hingga tunduk padamu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar